Jumat, 09 Oktober 2009

Mawar untuk Ibu


Seandainya engkau dapat menyaksikan kesuksesan anakmu ini, maka akan ku buat kau tersenyum pada hari ini. Seandainya engkau ingin berjumpa dengan ku setiap hari, maka kan kucari keajaiban agar aku bisa pulang balik kuliah dari palembang-Jogja. Selamat jalan Umi... Do'a mu dulu senantiasa menjadi inspirsi hidup ini.


Suatu ketika sorang pemuda berhenti di toko bunga untuk memesan seikat karangan bunga yang akan di paketkan kepada sang ibu yang tinggal sejauh 250 KM darinya. Begitu keluar dari mobilnya ia melihat seorang gadis kecil berdiri di trotoar jalan sambil menagis tersedusedu.

Kenapa engkau menangis? Pemuda itu menyapa dengan ramah.

Saya ingin membeli setangkai mawar merah untuk ibu saya, Om. Jawab sang gadis kecil

Tapi... saya cuma punya uang 500 saja, sedangkan harga bunga mawar itu seribu rupiah. Tambahnya sambil mengusap air mata yang berderai di pipinya.

Peria itu tersenyum menatap sang gadis kecil dan perlahan mendekatinya. Rasa sayang yang tumbuh di sanubarinya telah tertanjap kokoh. Begitulah sebuah kesuksesan seorang ibu dalam mendidik putranya hingga ia dewasa. Sang bunda telah mengajari arti cinta dan kasih sayang, perjuangan dan pengorbanan, kejujuran dan kebenaran, ketulusan dan keikhlasan, kesabaran dan ketegaran, serta keadilan dan kepedulian. Walau jauh di mata tapi sang bunda terasa dekat di hatinya.

Adik, ayo ikut saya. Saya akan membelikanmu bunga yang kau inginkan. Bujuk sang pemuda.

Kemudian ia membelikan gadis itu setangkai mawar merah sekaligus memesan karangan bunga untuk dikirimkan kepada ibunya.

Ketika selesai, pemuda itu menawarkan mengantarkan gadis kecil itu pulang kerumah.

Gadis kecil itu melonjak gembira. Wajah cantiknya yang terlihat sayu dirundung sedih tiba-tiba tampak cerah laksana mawar yang sedang yang mekar di pagi hari.

Ya tentu saja Om, sahut sang gadis kecil.

Tapi... maukah Om sebelumnya mengantarkan ke tempat ibu saya. Pintanya penuh harap.

Baik... Jawab sang pemuda.

Mereka berdua menuju ke tempat yang ditunjukan gadis kecil itu, yaitu pemakaman umum.

Dan gadis kecil itu pun meletakan setangkai mawar di atas kuburan yang masih basah.

Hati Pemuda itu terenyah dan teringat sesuatu. Air matanya tak terasa menetes dari mata hingga membasahi wajah tampannya.

Akhirnya ia bergegas kembali ke toko bunga tadi dan membatalkan paket kirimannya. Dan ia pun menyadari jarak bukan menjadi batasan untuk mencurahkan kasih kepada orang yang kita cintai. (digubah dari Rose for Mama – C.W.McCall)



2 komentar:

  1. Menyentuh, dalem banget kisah ini...
    jadi inget beberapa bulan yg lalu di hari ibu dan milad mama, kami ngasih mawar putih ke mama. syukron telah diingatkan kembali bahwa mengungkapkan cinta ke ibu tidak perlu harus menunggu moment...
    eh, cerpen dibawah itu karya mas apri ya?

    BalasHapus
  2. Yup, walau sedikit mengadopsi sebuah ceramah resonansi jiwa di sebuah radio. Tema itu sengaja ana buat mengenang 3 tahun kepergian sang bunda (my mother).

    BalasHapus