Jumat, 26 Maret 2010

Jika Memang aku harus jatuh cinta

Jika memang aku harus jatuh cinta nanti. Aku ingin semuanya berjalan secara wajar. Tanpa rekayasa apapun. Membiarkan rasa itu menemukan muaranya. Tulus. Juga tak berlebihan sehingga membuatku tak bisa tidur semalaman. Aku ingin memaknainya sebagai perasaan fitrahku sebagai manusia, yang memang wajar bila semua itu sampai terjadi.

Mungkin seperti kebanyakan orang pada umumnya. Aku juga tak butuh banyak syarat untuk bisa jatuh cinta. Cukup dengan segala kesederhanaan yang kumiliki atau kalau kurangkum semuanya dalam sebuah frasa menjadi “apa adanya”. Aku ingin jatuh cinta dengan segala apa yang ada pada dirinya. Menerima segala kelebihan dan kekurangannya. Seperti halnya dirinya yang juga menerimaku apa adanya nanti.

Jika memang rasa itu harus datang detik ini juga maka aku akan menerimanya dan coba memanajemennya. Agar cintaku tak hanya menjadi luapan hasrat. Juga bukan karena pengaruh nafsu liarku. Namun, cinta itu membuat segalanya menjadi indah. Dalam segala aktivitas yang kulakukan. Dalam segala tugas yang harus kujalankan.

Menerjemahkan perasaan itu memang tak mudah. Apalagi ketika mungkin aku nanti seringkali harus bersinggungan dengannya. Menjaganya membuatku mengorbankan segala apa yang aku punya. Kesetiaan dan kesabaran menjadi keharusan proses yang harus ditempuh. Pada akhirnya kurasa kuncinya dengan mengembalikan semuanya kepada sang Pemberi Cinta, Allah swt. Karena aku ingin pencarian dari ujung cintaku ada disana. Di jalan lurus yang belum kutahu ujungya. Di jalan yang surga sebagai imbalannya.

Romantisme itu mungkin juga akan memunculkan beragam puisi jiwa yang mengalun menggetarkan hati. Namun, semoga tak sampai membutakan mata hati. Agar aku tak keluar dari jalur yang seharusnya. Agar aku tak menjadi seorang munafik yang mengingkari janji. Maka jika memang aku harus jatuh cinta…. biarlah itu menjadi rahasia.

by. Hanifarrul

Minggu, 07 Februari 2010

Menata Cinta

Sebaik-baik amal adalah mencintai karena Allah dan membenci karena Allah.” (HR.Abu Dawud).

Suatu keistimewaan bagi orang-orang yang diberi kepercayaan untuk berbicara tentang cinta, tapi bagi penulis yang sedang belajar memahami hakikat cinta merupakan pelajaran hidup sekaligus cambuk pemicu untuk sentiasa berbenah. Cinta merupakan kata tapi tak berbentuk, laksana angin yang dapat dirasa tapi tak mampu dilihat bentuknya. Cinta juga bisa seperti api yang membara dan kita hanya mampu meraung saat lidahnya melahap rumah-rumah, gedung-gedung dan hutan hingga ia menjadi abu.

Cinta adalah lukisan abadi dalam kanvas kesadaran manusia yang mampu merajut semua emosi dalam berbagai peristiwa kehidupannya menjadi sublime; begitu agung tapi juga terlalu rumit. Perang berubah jadi panorama kemanusiaan saat cinta menyentuh pelakunya. Revolusi tidak dikenang karena geloranya tapi karena cinta yang melahirkannya. Kerumitan yang ada didalamnya memiliki daya tarik tersembunyi dan pengaruhnya begitu dahsyat dalam kehidupan manusia. Demikianlah cinta. Ia ditakdirkan jadi makna paling santun yang menyimpan kekuatan besar pada diri setiap manusia.

Cinta memiliki daya tarik yang luar biasa. Ia mampu membuat manusia terhanyut dan tenggelam karenanya. Ia mengubah amarah menjadi ramah, penjara menjadi istana, sedih jadi bahagia. Cinta mengajarkan kerinduan, dimana para pecinta lebih menyukai kesendirian untuk mengekpresikan suasana hatinya yang dipadati rasa rindu yang mengelora. Cinta juga menuntut kesetiaan sehingga penderitaan, kesulitan dan kesengsaraan justru menjadi pelecut cinta, membuat cinta menjadi bertambah manis, indah dan penuh kenikmatan.

Dalam kamus cinta pula, Rasulullah SAW mengajarkan kepada kaum Muslimin tentang keutamaan mencintai Allah dan dirinya, “ Katakanlah, jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kalian.” (QS.Ali Imran:31). Cinta merupakan pondasi sekaligus sebagai motivator seseorang bekerja dengan maksimal. Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik amal adalah mencintai karena Allah dan membenci karena Allah.” (HR.Abu Dawud). Pecinta sejati jika berbicara karena Allah. Jika ia diam, juga karena Allah. Jika ia bergerak karena Allah dan diamnya karena mengharap pertolongan Allah. Ibnu Qoyyim menuturkan pendapatnya, “Cinta merupakan ruhnya iman dan amal. Tanpa keduanya, ibarat jasad tanpa ruh.

Cinta merupakan anugrah Allah yang diberikan kepada setiap insan bernyawa. Ia ada pada orang dewasa, remaja dan juga pada anak-anak kecil yang hanya mampu menangis bila ada rasa kecewa. Rasa cinta merasuk dalam jiwa melankolis hingga antagonis. Cinta hadir dengan tiba-tiba dan ada yang memang telah terencana, pada diri seorang petani hingga petinggi negeri, untuk para kurcaci hingga kurcaca, para akdemisi maupun politisi bahkan para aktivis dakwah kampuspun gelisah menjaga hati.

Itulah cinta, ia mampu menggubah segalanya menjadi indah. Seperti indahnya suasana fajar mengusir gelapnya malam. Saat itu, burung-burung bernyanyi merdu, embun bening menitik lembut melalui dedaunan, seolah kehidupan yang sebenarnya baru dirasakan. Tapi, perlu menjadi evaluasi untuk para pecinta. Karena banyak yang salah menafsirkan makna cinta hingga menyebabkanya terjerumus dalam kenistaan yang berakhir pada kesyirikan.

Cinta yang menyebabkan manusia pada jurang kehancuran adalah syahwat dunia. Syahwat dunia inilah yang menjadi penghalang seseorang untuk menemukan cinta sejatinya. Allah SWT mengingatkan kita dalam surah At Taubah ayat 24 agar kita tidak terlena dengan dunia yang berupa; keluarga, wanita, tahta maupun harta.

Orang yang tidak mampu membedakan antara syawat dengan cinta akan mudah terombang ambing dalam kehidupannya. Ia bisa menimpa orang yang bisa-biasa saja dan bahkan dapat terjangkit pada aktivis dakwah sekalipun. Hanya saja actionnya yang berbeda. Syahwatlah yang menyebabkan butanya mata hati manusia, hingga wajar kalau ada yang berpendapat bahwa cinta menjadikan orang lupa segalanya, cinta membuat manusia tak mampu berfikir jernih hingga visi hidupnya terombang ambing diterpa angin.

Rasa cinta yang tumbuh pada setiap manusia adalah fitrah manusia. Rasa cinta pada keluarga muslim merupakan perintah Allah terutama kepada kedua orang tua. Mencari nafkah untuk mencari ridlo Allah merupakan ibadah, menjadi pemimpin (kholifah) dimuka bumi adalah hak setiap mukmin yang telah Allah janjikan. Tapi ingat, mencintai wanita hanya untuk istri dan anaknya saja. Allah SWT memerintahkan kita berlemah lembut dan berkasih sayang kepada sesama muslim. Jadi, ada kesalahan besar bila ada seorang aktifis dakwah yang mencintai non mahramnya dengan dalil mencintai karena Allah. Itulah yang namanya syahwat.

Ustadz Nurdin (Ketua Tim Tutorial PAI UNY 2006) pernah menyampaikan tausiyah tentang ikhtilat yang menyebabkan syahwat antara lawan jenis. Beliau berkata syawat itu bisa datang menerpa para dai dan aktivis dakwah. Penomena inilah yang diabadikan dalam hadis arba’in yang pertama. ”Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan. (HR. Bukhori)

Dewasa ini kita berhadapan dengan realita pemuda yang semakin hari semakin bertambah kebodohannya. Mereka mendewakan cinta, padahal itu baru satu saja asma wasifat yang Allah perlihatkan pada manusia. Pacaran adalah salah satu cara para pemuda mengumbar syahwatnya. Para pengumbar syahwat telah Allah kunci hatinya sehingga tidak mampu lagi mengenali cinta hakiki. Adalah suatu pelajaran bagi kita, benarkah kita sudah memahami makna cinta? Cinta tidak sebatas kasih dan sayang saja yang selama ini kita pahami.

Bila kita mengkaji, perayaan valentine yang dilakukan oleh kaum nasrani tidak dibenarkan dalam syariat Islam. Orang muslim tidak dibolehkan mengikuti rangkainya karena didalamnya terdapat banyak kemaksiatan dan tidak terdapat sedikitpun kebaikan bagi orang yang telah memahami makna cinta yang sejati. Hari valentine itu adalah hari maksiat, dimana manusia telah dikunci mata hatinya untuk mengenali cinta sejatinya. Ingatlah, cinta yang dibolehkan antara lawan jenis hanyalah melalui pernikahan. Maka, syahwatlah yang hadir diantara muda-mudi yang sedang mabuk cinta diluar pernikahan.

Kamis, 10 Desember 2009

Berikan aku satu bintang



















Izinkan daku bertanya tentangnya

Sedang senyumpun tak seindah purnama

Ku bertanya tentang diriku

Akan kah bahagia ku rasa

Bila bahagia datang bersama senyum

Ku tak mungkin bertanya

Mengapa bintang ada di langit?

Bulan,

Aku ingi belajar bahagia

Memandang indahnya cahaya mu di malam hari,

Menikmati manisnya senyummu menyambut pagi

Boleh kah aku bertanya?

Ada apa gerangan pada bintang?

Yang telah membuat hati ini

Laksana mawar merah diterpa embun pagi.

Bulan,

Terimakasih atas cahaya dan senyummu

Aku tak berharap lebih dari itu

Maka, izinkan daku memetik satu bintang dari sisimu