Sabtu, 24 Oktober 2009

Bidadariku

Betapa banyaknya muslimah yang belum berkesempatan mengungkapkan rasa sayangnya secara utuh. Mereka cantik, salehah, bahkan terpelajar. Tapi karena belum jodoh, ungkapan sayang masih tetap tertahan. “Semoga Allah memudahkan urusan mereka,” ucap yani dalam lamunannya sambil menunggu sang pujaan hati pulang.


Sore itu, suaminya akan pulang kerja lebih awal. Sebagai seorang guru honorer di sebuah STM swasta di sebelah selatan kota yogyakarta, suami yani harus menempuh perjalan 45 menit menggunakan sepeda motor menuju rumahnya yang berada desa pegunungan kali urang.

Enam bulan sudah bahtera rumah tangga ibu asal kota gudeg ini berlayar. Sebuah waktu yang bisa dibilang lama buat ukuran mahasiswa, satu semester. Tapi, buat ukuran rumah tangga bisa dibilang masih sangat muda. Mungkin masih bayi jika diukur dari perjalanan rumah tangga yang bisa buat seumur hidup.

Di dalam penantian kepulangan suaminya, ia berharap sang pujaan hati akan memberikan sebuah kejutan dihari ulang tahunnya yang ke 23. Ia teringat masa-masa kelam yang pernah mereka lalui ketika masih diawal-awal kuliah yang sama-sama terlibat dalam sebuah organisasi dakwah kampus. Mereka pernah di ”sidang” dalam suatu forum yang dihadiri oleh ketua LDK dan Murobbi serta Murobbiyah mereka karena kedekatan mereka yang terlalu berlebihan dimata para aktifis dakwah kampus. Sebuah bait puisi berupa ucapan selamat ulang tahun yang digunakan sebagai barang bukti yang ditulis oleh Yudha untuk yani.

Bismillahirrohmaanirrohiim.

Teruntuk ukhti fillah

Suatu kenikmatan yang sangat berharga dalam hidup ini adalah kasih sayang Allah yang diberikan kepada hamba-Nya. Kasih sayang itu tumbuh dan berkembang hingga ia dapat menyinari setiap hati manusia yang berjumpa dengannya. Senyumnya yang memancarkan cahaya, seakan dapat meredamkan panasnya suhu kehidupan.

Dihari dimana berkurangnya usia ukhti yani, ana mendo’akan semoga pancaran kesolihahanmu senantiasa mewangi menyejukan jiwa.

Keep spirit and smile…..

Yoyakarta, 12 Juni 2005

Dari saudaramu

Yudha Pratama

Akhirnya sidang itu memutuskan Yudha harus tidak aktif dalam organisasi LDK agar terhindar dari fitnah. Mereka lega dan bertekad untuk saling menjaga hubungan dan tidak berkomunikasi lagi. Walau tidak aktif di LDK Yudha tetap terlibat keorganisian mahasiswa hingga ia menjadi ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan.

Sore sudah berlalu, maghribpun tiba, tapi sang pujaan hati tak kunjung pulang. Malam kian larut, tiba-tiba ada dering HP berbunyi “sayang, maafkan mas ya. Malam ini mas ga bisa pulang karena tadi tiba-tiba sepulang kerja mas diminta menggantikan ustadz Abdullah untuk mengisi dauroh di Gunung Kidul dan harus bermalam disana hingga esok subuh”. Sebuah SMS dari sang pujaan hati.

Hidangan special untuk makan malam yang sudah disiapkan sejak sore sudah mulai dingin ditiup dinginya udara malam di pegunungan kali urang. Harapan akan mendapatkan pujian dan kecupan hangat dari sang suami di hari ulang tahunnya sudah mulai pudar dalam sunyinya malam. ”Ya Allah berikanlah kemudahan dan keselamatan setiap aktivitas sang ustadz mudaku, pujaan hatiku, calon ayah dari anak-anaku”. Yani mengakhiri penantian malamnya sambil melangkah menuju kamarnya.

Ketika hendak membaringkan tubuh diatas dipan sederhana itu, tiba-tiba ia terkejut melihat sebuh bungkusan kecil yang ada diatas meja belajarnya. Perlahan ia buka kota kecil yang dibungkus dengan kertas koran seakan mengingatkan kenangan masa-masa aktif di LDK saat agenda tukar kado silang antar departemen.

Bismillah, subhanallah...

Ya Allah, nikmat yang manakah lagi yang akan aku ingkari setelah sekian banyak nikmat yang telah engkau beri. Engkau telah percayakan hamba Mu ini untuk menjadi istri yang menjadi pelipur lara bagi suamiku, penyejuk jiwa saat duka. Ya Allah jadikan kami keluarga yang senantiasa menjadi hamba Mu yang bersyukur. Do’a sujud syukur yani yang di iringi air mata saat ia membaca sebuah surat di dalam kota kado ulang tahunya dari sang suami.

Duhai bidadariku,

Aku bukanlah seorang pangeran tampan yang senantiasa dapat memberimu istana megah,

Aku bukanlah saudagar kaya yang dapat memberimu seluruh isi dunia,

Aku bukanlah seorang ustadz yang senantiasa membimbingmu untuk menemukan ketentramanjiwa.

Aku hanyalah seorang yang senantiasa mencoba memberikan yang terbaik bagi agamanya, bangsanya baru kemudian engkau wahai jelitaku sang bidadari yang Allah hadiahkan dalam hidupku.

Selamat ulang tahun semoga dengan berkurangnya usia ini dapat menjadi hikmah di kemudian hari.

(Yudha Pratama)



2 komentar:

  1. kisah serupa mmg banyak menimpa keluarga muda aktifis dakwah,pernah di bahas dibuku Quantum dakwah&tarbiyah. yg penting jgn lupa komunikasi.. itu ilmu yg saya dpt dr buku2 yg saya baca dan para ummahat yg sering curhat. Yudha&Yani itu fiktif atau hanya tokoh samaran?

    BalasHapus
  2. Kisah itu adalah perpaduan antara realita dan imaginasi yang berupa pengalaman.

    BalasHapus