Minggu, 11 Oktober 2009

Bunda, mengapa engkau menangis?

Hanya inilah kelemahan yang dimiliki wanita, walaupun sebenarnya air mata ini airmata kehidupan. Maka dekatkan dirimu kepada sang ibu kalau mereka masih hidup karena dikakinyalah kalian akan menemukan syurga.


Suatu ketika ada seorang anak laki-laki bertanya pada ibunya.

Mengapa bunda menagis? Tanaya lelaki kecil itu. Pertanyaan dari seorang anak yang sangat ia sayangi, seakan kebahagian di dunia laksana syurga setelah sekian lama pernikahannya dengan seorang ikhwan sejak kuliah dan aktif berdakwah di kampus. Tapi Allah menghendaki lain, 5 tahun pernikahanya baru ia dikarunia seorang pewaris negeri. Seorang anak yang sholih.

Karena ibu seorang wanita nak. Jawab ibu simpel walau matanya masih berkaca-kaca.

Aku tidak mengerti bu, jelas sang anak heran.

Sang anak sering melihat ibunya menagis tanpa ada alasan yang dapat diterima oleh akal sang anak.

Sang bunda tersenyum kemudian ia memeluk anaknya dgn erat. Di dalam hati berdo’a. Ya Allah, alhamdulillah karena Engkau mempercayai diriku yang rendah ini untuk memperoleh karunia terbesar dalam hidupku. Ku mohon Ya Allah, jadikan buah kasih hambamu ini orang yang berarti bagi sesamanya dan bagi diri Mu. Jaganlah Engkau berikan jalan yang lurus dan luas membentang baginya tapi berikan pula jalan yang penuh berliku dan duri agar ia dapat meresapi kehidupan seutuhnya. Sekali lagi kumohon Ya Allah, sertailah anak ku dalam setiap langkah yang ia tempuh. Jadikanlah ia sesuai kehendak Mu yaitu anak yang sholih.

Anakku kamu memang tidaka akan pernah mengerti, jawab Sang ibu sambil membelai rambut anaknya.

Karena tidak puas denga jawaban sang ibu, ke esokan harinya ia berdiskusi dengan ayahnya.

Ayah menagap Bunda menangis? Tanya sang anak.

Ibu tiba-tiba menagis tanpa ada sebab, membuat aku tak mengerti, paparnya penuh heran.

Semua wanita memang menagis tanpa alasan. Hanya itu jawaban sang ayah.

Hari-hari berlalu, tahun silih berganti hingga sang anak tumbuh remaja. Suatu malam ia bermimpi dan bertanya pada Tuhannya. Ia bertanya pada Tuhannya:

Tuhan menjawab: saat kuciptakan wanita aku jadikan utama.

Kuciptakan bahunya agar mampu menahan seluruh beban dunia dan isinya, walaupun bahu itu harus cukup nyaman dan lembut untuk menahan kepala bayi yang sedang tidur.

Kuberikan wanita kekuatan untuk dapat melahirkan dan mengeluarkan bayi dari rahimnya serta merawatnya, walau seringkali ia kerap menerima cerca dari anaknya.

Kuberikan keperkasaan yang akan membuatnya bertahan pantang menyerah saat semua orang sudah putus asa.

Pada wanita Ku berikan kesabaran untuk merawat keluarganya, walau letih, sakit, lelah tanpa berkeluh kesah.

Kuberikan kepada wanita perasan peka dan kasih sayang untuk mencintai semua anaknya dalam kondisi dan situasi apappun, walau tidak jarang anak-anak itu melukai perasaan dan hatinya.

Perasan ini pula yang akan memberikan kehangatan pada bayi-bayi yang terkantuk menahan lelap. Sentuhan inilah yang akan memberikan kenyamanan saat ia didekap dengan lembut olehnya.

Kuberikan pada wanita kekuatan untuk membimbing suaminya melalui masa-masa sulit dan menjadi pelindung baginya. Sebab bukankah tulang rusuk yang melindungi setiap hati dan jantung agar tidak terkoyak.

Kuberikan wanita kebijaksanaan dan kemampuan untuk memberikan pengertian dan menyadarkan bahwa suami yang baik adalah agar tidak pernah melukai istrinya, walau sering kali kebijaksaan itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan pada suami agar tetap berdiri sejajar saling melengkapi dan saling menyayangi.

Dan akhirnya Kuberikan ia air mata agar dapat mencurahkan perasaannya. Inilah yang khusus Kuberikan kepada wanita agar dapat digunakan kapanpun ia inginkan. Hanya inilah kelemahan yang dimiliki wanita, walaupun sebenarnya air mata ini airmata kehidupan. Maka dekatkan dirimu kepada sang ibu kalau mereka masih hidup karena dikakinyalah kalian akan menemukan syurga.


1 komentar: